Minat Baca Rendah Para Pelajar, Bom Waktu Dunia Pendidikan Indonesia

Jessica,
0
Source - pixabay

Indonesia adalah negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar didukung dengan populasi penduduknya yang menempati daftar 4 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak. Namun, dengan banyaknya potensi ini, Indonesia memiliki statistik memprihatinkan sebagai negara dengan minat baca rendah.

Minat Baca Masyarakat Indonesia yang Memprihatinkan

Source - pixabay

Source – pixabay

Menurut data yang dipublikasi oleh UNESCO pada tahun 2012, Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara yang disurvei oleh UNESCO. Dalam hal minat baca, Indonesia berada di atas peringkat Botswana, negara miskin di Benua Afrika. Indonesia juga berada di bawah Thailand, negara tetangga di ASEAN. Minat baca rendah masyarakat Indonesia tergambar pada angka 0,001 yang artinya satu dari seribu orang Indonesia hanya menyelesaikan membaca satu buku setiap tahunnya.

Minat baca rendah ini tidak sebanding dengan jumlah warga yang menonton televisi sebesar 91,68%, mendengarkan radio 18,57%, dan membaca majalah atau surat kabar sebesar 17,66% (menurut sensus BPS tahun 2012). Hal ini sedikit menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia lebih senang dengan hiburan dibandingkan hal-hal yang lebih edukatif seperti membaca buku.

Pelajar Hanya Membaca Ketika Menghadapi Ujian

Belajar membacara

Belajar membacara

Minat baca rendah ini juga digambarkan mulai menjalar di institusi-institusi pendidikan formal seperti di sekolah dan perguruan tinggi. Hal ini dapat dilihat secara kasar dengan memperhatikan kebiasaan siswa saat belajar. Kebanyakan peserta didik membuka buku hanya pada saat jam pelajaran berlangsung atau hanya saat ada ujian. Itu pun belum diketahui, apakah satu buku itu selesai dibaca atau tidak secara keseluruhan.

Hal yang sama juga tergambar di perguruan tinggi. Mahasiswa hanya membuka buku ketika membutuhkannya untuk bahan mengerjakan tugas atau ujian. Tidak jarang ada mahasiswa yang bahkan belum pernah menyelesaikan membaca satu buku pun selama kuliahnya. Meraka hanya mengandalkan internet dan referensi dari jurnal atau konten ilmiah saja.

Akibat dari Rendahnya Minat Baca

Source: Pixabay

Source: Pixabay

Output dari minat baca rendah di antaranya adalah minimnya referensi, rendahnya pengetahuan yang berasal dari buku, dan pola pikir yang sempit dalam menyikapi beragam hal. Hal di atas belum diperparah dengan kultur masyarakat Indonesia yang lebih banyak menyikapi segala hal dengan mengedepankan emosi, bukan dengan berbagai pertimbangan logis.

Hal ini merupakan bom waktu untuk Indonesia yang sedang menghadapi arus informasi yang sangat besar setelah Reformasi tahun 1998. Kebebasan berbicara dan kebebasan mengakses informasi sangat terbuka, yang artinya masyarakat juga harus memiliki kebijaksanaan dalam menyaring informasi yang ada. Salah satunya adalah dengan mengandalkan referensi dan bacaan-bacaan buku. Lebih baik lagi jika buku yang sering dibaca adalah buku ilmiah atau buku yang mengikuti kaidah-kaidah akademik baku. Semakin banyak bacaan buku, maka akan semakin membentuk pola pikir dalam menyikapi beragam informasi yang beredar di masyarakat.

Salah satu yang patut dijadikan perhatian serius adalah minat baca rendah di kalangan pelajar. Pelajar dan mahasiswa adalah generasi yang sedang disiapkan untuk menjadi penerus bangsa. Artinya ke depannya, kelompok ini akan menduduki posisi-posisi yang unggul di tengah-tengah masyarakat. Baik sebagai profesional, penentu kebijakan, pemimpin di segala tingkatan masyarakat, atau menjadi pekerja biasa. Kebiasaan malas membaca di kalangan ini jika tidak disikapi dengan semestinya akan menjadi kebiasaan buruk setelah mereka lulus nanti.

Di saat mereka menduduki posisi penting sebagai penentu kebijakan atau menentukan beragam hal, mereka akan memutuskannya dengan referensi yang sangat minim. Atau lebih parah lagi, tidak bisa menyikapi berbagai hal dengan pertimbangan-pertimbangan yang semestinya. Lulusan-lulusan institusi pendidikan ini juga bisa gagal menyikapi informasi dan berita yang dia terima. Referensi-referensi dasar yang seharusnya menjadi pertimbangannya sebagai seorang terpelajar akan sangat minim. Efeknya, akan banyak menghasilkan keputusan yang keliru, bahkan mungkin fatal untuk lainnya.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Be the first to write a comment.

Your feedback

× Available Space for Lease