Ubah Mindset Generasi Instan dengan 3 Cara Ini

Akhir-akhir ini, semakin banyak masyarakat—utamanya generasi muda—Indonesia yang cenderung mengambil jalan pintas untuk mencapai tujuannya. Sebut saja beberapa kasus seperti kebocoran soal ketika ujian nasional, sistem kebut semalam (SKS) menjelang ujian, hingga kasus plagiarisme dan jual beli skripsi/tugas akhir. Kelompok generasi muda ini adalah mereka yang rela merogoh kocek dalam-dalam demi mendapatkan apa yang diinginkan, tanpa perlu berusaha keras untuk mendapatkannya. Tak heran jika kemudian mereka disebut sebagai Generasi Instan.

Faktor Pembentuk Generasi Instan

Jika ditelisik lebih jauh, muncul dan merebaknya generasi instan ini disebabkan oleh sinergi antara globalisasi, keluarga, dan pendidikan. Pesatnya perkembangan teknologi menjadikan laju arus informasi menjadi serba cepat dan mudah. Di satu sisi, perubahan ini memang membawa banyak dampak positif, seperti efektivitas dan efisiensi. Namun di sisi lain, hal ini juga menjadikan masyarakat modern cenderung apatis terhadap segala sesuatu yang membutuhkan proses, waktu lama dan tidak praktis.

Kemudahan yang memanjakan telah membentuk pola pikir (mindset) mereka, sehingga mereka menganggap bahwa sesuatu yang membutuhkan proses lama sebagai sesuatu yang merugikan. Faktor keluarga pun demikian. Keluarga—utamanya kelas menengah-atas—cenderung lebih mudah memfasilitasi anak dengan beragam perlengkapan teknologi dan komunikasi. Dan yang menjadi masalah adalah ketika keberadaan fasilitas-fasilitas tersebut tidak disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak.

Anak yang cenderung dimanjakan dengan beragam fasilitas, akan tumbuh menjadi anak yang menganggap bahwa semua yang mereka inginkan bisa didapatkan dengan mudah, dan tanpa harus melalui proses yang panjang.

Pihak sekolah (pendidikan) pun turut berperan dalam hal ini. Tak bisa dimungkiri bahwa kian banyak sekolah yang hanya mengejar target kelulusan siswa demi menjaga dan mendongkrak nama baik sekolah. Mengabaikan nilai-nilai kejujuran dan esensi dari proses pendidikan itu sendiri.

Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan pihak-pihak inilah yang kemudian menyebabkan lahirnya generasi instan. Padahal, ada banyak pelajaran dan hikmah yang bisa didapat anak dari sebuah proses. Kerja keras, kemandirian, pantang menyerah, adalah beberapa di antaranya.

Nah, agar generasi instan ini tidak terus menyeruak, perlu dilakukan beberapa hal untuk mengubah pola pikir (mindset) mereka. Dan berikut beberapa hal yang bisa dilakukan.

Memahami Kembali Esensi dan Filosofi Pendidikan

Pendidikan

Barangkali memang ada yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia. Bahwa pendidikan sejatinya bertujuan untuk menciptakan masyarakat pembelajar, dan bukan sebagai alat adu kepintaran, demi gengsi dan reputasi, ataupun alat untuk mendapatkan uang dan kesejahteraan.

Karenanya, pihak-pihak yang melaksanakan proses pendidikan, termasuk orang tua, guru, pemerintah, dan lainnya, harus mengerti benar tentang esensi dan filosofi pendidikan ini. Karena bagaimanapun, sinergi di antara mereka sangat penting untuk mendukung keberhasilan pendidikan yang sebenarnya, yaitu pendidikan yang memberdayakan dan mentransformasi pemikiran anak didik.

Tinggalkan Zona Nyaman (Comfort Zone)

Tinggalkan Zona Nyaman

Berada di zona nyaman memang sangat menyenangkan. Namun, berlama-lama di dalamnya juga tidak baik bagi pengembangan diri. Jadi, tanamkan dalam diri anak bahwa sungguh merugi mereka yang berpikir dan berperilaku biasa-biasa saja seperti yang sudah-sudah. Ajak dan tantang mereka untuk berpikir cara-cara baru demi mendapatkan hasil dan proses yang lebih baik.

Ubah Pola Ajar

Ubah Pola Ajar

Saat ini, mayoritas guru dan orang tua memang lebih menekankan pentingnya nilai ujian dibandingkan dengan pentingnya penguasaan ilmu dan karakter positif. Alhasil, anak akan cenderung melakukan segala cara demi mendapatkan nilai yang tinggi tersebut, meski harus mengabaikan nilai-nilai positif, seperti kejujuran dan lain sebagainya. Metode pengajaran seperti ini tak lagi mengajarkan tentang keilmuan secara menyeluruh, tapi lebih pada tujuan akhir yang ingin dicapai.

Dan kini, sudah seharusnya orang tua dan guru untuk membenahi pola ajar anak untuk menjadi generasi pembelajar. Generasi yang senantiasa belajar dan mendewasakan diri. Sejatinya, generasi instan ini memang sudah seharusnya disadarkan bahwa mereka sendirilah yang bertanggung jawab terhadap masa depan. Dan hendaknya, mereka berkenan untuk meluangkan waktu untuk melalui setiap proses pembelajaran hidup tersebut.

Exit mobile version